(5/30) My Parents

Sebenarnya saya orang yang agak sensitif jika menyinggung soal orang tua, mungkin karena saya tidak seperti anak pada umumnya yang tumbuh normal & penuh kasih sayang, saya justru tumbuh dalam kemandirian

Well, ayahku adalah seorang nonmuslim dari keluarga Chinese yang tidak terlalu kental, tapi keluarga besarnya masih sangat kental dengan “kubu”nya. Ibuku sendiri asli Jogjakarta, anak dari seorang abdi keraton yang memang keluarga besar. Ibuku anak ke 10 dari 13 bersaudara, katanya sih dulu anak ke 11 dari 14, tapi karena anak ke 10 ini meninggal saat dilahirkan, alhasil ibuku naik “pangkat”

Sifat keduanya memang bertolak belakang, disini saya tidak mau bercerita tentang aib, karena saya yakin siapapun pasti punya. Tapi biarkan saya bahas sisi baik dari alm ibu.

Jadi ibu saya mewariskan petuah dari mbah putri (ibunya) untuk bagaimana pun keadaannya, tetap jadilah orang baik & tetaplah menjadi seorang yang ikhlas. Dan insya Allah akan kuwariskan juga ke anakku kelak, untuk tetap menjaga sikap, menjadi sederhana, baik, & ikhlas dalam menjalani segala sesuatunya.

Hubunganku tidak terlalu akrab ke mereka berdua, tapi yang pasti kewajiban tetaplah berjalan. Dari jaman SMP dulu saya berusaha untuk tidak lagi meminta ke mereka, cukuplah bagi mereka menanggung uang “wajib” saja seperti biaya sekolah, makan, dsb. Tapi kalau sudah merambah ke sekunder, atau tersier, i’m out.. Karena saat itu saya tau percumalah saya meminta karena keadaan ekonomi kita memang tidak baik saat itu

Ibu sendiri meninggal di usia 49 tahun pada 1 Aug 2018 karena kanker otak, sakitnya pun dideteksi mendadak pada sebulan sebelum meninggal, prosesnya cepat. Tapi pasti ada hikmah & sisi positif dari segala yang sudah terjadi, tetaplah ikhlas & husnuzon ke Allah, bukan begitu guys? 😌

Doakan saja tetap husnul khotimah, aamiin